Selasa, 18 November 2014

SAS vs ABRI : Hampir matinya Benny Moerdani di Front Malaya


Kesulitan menangkal penyusupan pasukan lawan tidak hanya menimpa ABRI. Diseberang 
perbatasan Inggris juga mengalami hal serupa. Situasi tersebut menyebabkan pihak Inggris 
mendatangkan bantuan pasukan Gurkha dan tambahan pasukan dari Australia dan Selandia 
baru. Inggris tidak mungkin membangun pagar betis di sepanjang perbatasan yang 
panjangnya 1000 km. Mereka juga tak mampu menyebar pasukan hanya untuk menjaga 
wilayah berhutan lebat, penuh bukit dan lembah curam. Untuk mengatasi kesulitan alam 
tersebut kemudian dihadirkan satu skadron pasukan komando SAS. 
 
 
Benny Moerdani ( Alm )
 
 
SAS (Special Air Service) merupakan kesatuan komando elite Inggris. Dalam setiap 
gerakan,mereka selalu menggunakan empat anggota. Dengan kekuatan terbatas, SAS harus 
sanggup melakukan operasi militer, menyusup jauh di daerah lawan, tanpa perlu kembali ke 
pangkalan untuk jangkan waktu lama. SAS dikirim ke Kalimantan Utara setelah Mayor 
Jenderal Walter Walker, panglima pasukan Inggris, tidak mau menderita kerugian lebih besar.
Walker berpendapat, hanya SAS yang mampu menangkal penysusupan gerilyawan 
Indonesia. Tugas SAS mengacau wilayah pertahanan lawan dengan menyusup jauh, masuk 
ke wilayah Indonesia.
 
Profil Benny dalam seragam dan identitas TNKU serta sejumlah anggota TNI AD saat berada di perbatasan.
 
 
 
Dalam posisi sama - sama menentang Malaysia, Indonesia mendukung gerilyawan TNKU 
( Tentara Nasional Kalimantan Utara ). Pasukan untuk membantu TNKU memakai nama 
Detasemen Sukarelawan Malaya. Nantinya, mereka merupakan bagian Brigade Sukarelawan 
Bantuan Tempur Dwikora. Keanggotannya berbaur antara warga Malaya, sukarelawan 
Indonesia serta berbagai kesatuan ABRI. Pada bulan - bulan pertama konfrontasi, 
keterlibatan ABRI masih selalu di samarkan. Tetapi ketika konflik semakin meningkat, tak ada 
lagi alasan untuk bersembunyi. Secara terbuka ABRI mulai melatih, membekali dan ikut 
menyeberang perbatasan.
 
 
Kartu Idntitas TNKU Benny Moerdani
 Menghadap pasukan Inggris yang profesional dan terlatih baik, Indonesia mulai mengalami 
banyak korban, Buku ( Sejarah Operasi Operasi Gabungan dalam Rangka Dwikora ) 
menyebutkan: “Untuk mengurangi jumlah korban, Indonesia mulai memasukkan 
pasukan ABRI, sebab mereka lebih berpengalaman dalam bertempur. Sehingga pada pertempuran 
10 Juli 1964 di kampung Sakilkilo dan Batugar di Sabah, TNKU meraih kemenangan pertama. 
Dalam pertempuran satu peleton TNKU melawan dua peleton tentara patroli Inggris dan Gurkha,
TNKU berhasil menewaskan musuh 20 orang tanpa pihaknya menderita korban”.
 
Benny Moerdani dalam persiapan Operasi TRIKORA
 
 
Selama bertugas di perbatasan Kalimantan Utara, Benny harus menyamar. Dia bukan prajurit 
ABRI. Dia mendapat identitias baru sebagai sukarelawan. Seragammnya di ganti seragam 
TNKU yang berbeda warna dan modelnya dengan pakaian seragam ABRI. Dalam posisi 
sebagai anggota TNKU, namanya masih tetap Moerdani namun disamarkan sebagai warga 
Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil ditepi Kapuas. Dengan jatidiri ini Benny 
memimpin pasukan gerilya menganggu pertahanan Inggris.  
 

Pada saat melakukan penyusupan ke seberang perbatasan, Benny nyaris tewas. 
Peristiwanya di catat rinci dalam laporan SAS. Laporan tersebut nantinya diketahui Benny, 
ketika tahun 1976 berkunjung ke Inggris. Disana dia sempat bertemu muka dengan kedua 
orang prajurit Inggris yang nyaris menembaknya dirinya.  
 
 
Insiden di atas terjadi pada sebuah sungai kecil di perbatasan Kalimantan Timur. Iring - 
iringan perahu gerilyawan Indonesia menyusuri sungai sementara anggota SAS telah siap 
menghadang. Benny, yang sedang berada di sampan paling depan, sudah muncul dalam 
sasaran tembak. Senapan telah diangkat, siap dibidikkan. Tetapi…. picu tidak jadi ditarik. 
 
Apa betul kamu bertugas disana waktu itu??” tanya Benny kepada kedua prajurit Inggris tersebut 
dalam pertemuan pribadi.Yes Sir,” jawab mereka serentak.Why didn't you pull the trigger??” desak Benny ingin tahu.


Salah seorang prajurit segera mengamit rekannya, yang langsung memberi jawaban, “He 
told me to wait for the Queen Elizabeth, Sir” Queen Elizabeth nama kapal penumpang 
terbesar milik Inggris. Maksud prajurit Inggris tersebut, mereka belum jadi menembak karena 
merasa, masih harus menunggu dulu kapal besar lain, yang mungkin mengikuti iring iringan 
sampan. 
 
 
Ternyata, tidak pernah ada perahu besar lewat. Dengan demikian, Benny justru bisa luput 
dari tembakan. 
 
Mendengar pernyataan bekas lawannya, Benny berkomentar, " If you had pulled the 
trigger, you know, you would’ve caused the highest ranking casualty on our side…. 
(Kau tahu, andaikan kau jadi menarik picu, waktu itu kamu akan berhasil membikin korban 
dengan pangkat tertinggi pada pasukan kami..)”
  
Dan dalam sebuah operasi penyergapan di pedalaman Kalimantan Timur, para gerilyawan 
TNKU pernah mencegat pasukan SAS. Dalam pertempuran sengit, seorang pasukan SAS 
tertawan, satu tertembak mati dan dua lainnya lari ke wilayah Sabah. Keberhasilan meringkus 
anggota SAS oleh Benny segera disampaikan kepada Achmad Yani.
 

Peristiwa tersebut sangat penting, sebab Indonesia kemudian akan punya bukti, pasukan 
Inggris melakukan penyusupan ke wilayah Indonesia. Bukti hidup tersebut akan dipakai 
sebagai bahan propaganda. Sayang, jalur transportasi menuju lokasi tempat tawanan berliku 
liku. ketika pasukan penjemput tiba, anggota SAS tersebut telah terlanjur tewas, akibat luka luka 
yang dia derita. Insiden tersebut dicatat Thomas Geraghty dalam buku ( Who dares 
Wins, The Story of the SAS 1950-1980 ) Hanya seorang prajurit SAS pernah ditawan musuh. 
Seorang prajurit luka parah sesudah disergap dan tak pernah diketemukan. Tetapi, pimpinan 
resimen mengetahui, berdasar pengakuan masyarakat suku terasing, dia akhirnya 
meninggal, sebelum berhasil dikorek pengakuannya”. 
 

Mayat anggota SAS yang tertawan akhirnya dikuburkan di tengah hutan Kalimantan, hanya 
(dog-tags) tali leher berisi nama dan nomor induk pemilik, berikut senjatanya di kirim ke 
Jakarta sebagai tanda bukti….
 

"Disadur dari Buku Benny, Tragedi Seorang Loyalis, Julius Pour "
 

( garudamiliter.blogspot.com/2012/02/sas-vs-abri-hampir-matinya-benny_20.html )  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar